Entah sebab apa?
Malam ini tak seperti malam-malam sebelumnya. Ucapan selamat malammu kembali kau sematkan. Ucapan selamat tidurmu, yang sudah kembali kau utarakan.
Barangkali telah sampai pada waktunya.
Sebuah rencana Tuhan, doa-doa, sembah sujudku dan sujudmu yang kita panjatkan sepertiga malam. Atau bisa saja perihal masing-masing ego, yang tak pernah berkenan mau mengalah.
Tentangmu masih banyak yang tak kuketahui, bahkan warna favoritmu. Merah mungkin, karena kala itu, kutatap matamu berbinar usai disapu oleh sejuknya angin pantai.
Sebentar!
Atau mungkin biru, sebab dulu katamu, "Aku kerap memandang langit sewaktu disapa rindu."
Baiklah, mungkin telah menginjak masanya.
Kenang aku sebagai sosok yang pernah melepas lelah meski tak mampu selamanya singgah.
Untukmu; karena sudah tak lagi ada aku (mungkin), semoga senantiasa dalam keadaan dicintai dan mencintai.
Dan, tentangku kelak; entah bahagia atau nestapa.
Aku selalu mencintaimu.
Banda Aceh
September, 2018
Post a Comment