Mana ada aku di rumahmu.
Sebab pada matamu aku melihat, cinta kita sekadar kembang api yang bergeliat, meledak-ledak lalu pada akhirnya redup dan terkebumikan di liang lahat diiringi kecewaku yang menangis sekarat.
Mana ada aku di rumahmu.
Sebab pada senyummu aku merasa, rasa ini sekedar segara yang kau temui saat kemarau tiba. Lepas surya berkalang dan awan berarak-arakan, kau akan kembali meneruskan perjalanan. Entah sendirian, entah kelak ditemani seorang tuan.
Mana ada aku di rumahmu.
Sebab pada sore itu aku sudah mengerti, tidak pernah ada tempat permanen untukku di hatimu karena kau mengartikan aku yang sungguh sebagai sandaran bekaka.
Mana ada aku di rumahmu. Bahkan sajakku, kau biarkan mati di depan pintu.
15 September 2018
Sejarah seorang tuan dikota para raja
Post a Comment