Bulan lalu; aku pernah membuat sebuah tulisan yang judulnya "Senja Merindu" dan jujur saja tulisan itu aku sungguhkan untuk dia dimasa lalu, masa dimana aku masih bisa menyapa tujuan rinduku.
Beberapa hari kemudian; muncul pesan masuk di Emailku. Pesan itu seolah-olah membalas semua bait kataku di tulisan "Senja Merindu".
Saat itu aku mulai berfikir, siapa gerangan yang telah menyusun kata sedemikian rupa hanya untuk membalas sebuah tulisan biasa.
Siapapun kamu; terimakasih telah menjawab "Senja rinduku" dan terimakasih atas rangkaian katanya. Jika kamu sempat, balaslah emailku. Ada banyak hal ingin aku ceritakan tentang rindu, tentang dia dimasa lalu.
Izinkan aku mem-posting pesan emailmu.
By: Hiraeth
19 Agustus 2018
19 Agustus 2018
Tuan.
Senja yang kamu hantarkan pada bulan Juli lalu mungkin telah sampai pada Dia yang kamu harap akan selalu baik-baik saja padamu. Segala harap yang kamu harapkan pun mungkin masih ada. Walau ‘mungkin’ masih jadi kata penghalang dari keinginan yang kamu harapkan.
Tuan.
Aku tidak memaksa mu untuk melupakan setiap senja yang membuat mu rindu akan hadir dirinya.
Yang memaksa mu untuk berandai-andai; andai saja ia tidak seperti itu dulu, menginginkan berpisah dari mu.
Tuan.
Kamu adalah Tuan atas rindu mu sendiri. Pesan singkat yang kamu kirim entah kepada Siapa itu mungkin telah tersampaikan kepada sipenerima pesan. Kalimat rindu yang katamu tidak terbatas. Aku pun tidak terlalu penasaran soal apa balasan nya.
atau mungkin sebaliknya, kamu masih bertahan dalam rindu mu itu dan enggan untuk mengabarinya, betapa kamu merindukan nya.
Dia baik, Tuan. Hari-harinya mungkin jauh lebih baik setelah memilih untuk berpisah, mungkin.
Aku hanya bisa menimbulkan kemungkinan. Karena, hanya ini yang bisa aku lakukan. Menerka-nerka suatu hal yang sebenarnya tidak kuketahui.
Mengenai cerita-cerita senja yang ingin kamu dengarkan lagi padanya, aku harap jangan, sudahlah, lupakan saja. Rindu sendirian tidak semenyenangkan itu ‘kan?
Jika sampai pada helaian nafas ini pun Tuan masih memendam amarah akan perpisahan dulu, sebaiknya Tuan berhenti.
Katanya, Tuan ingin pasrah, Tuan ingin ikhlas.
Berpisah memang semenyebalkan itu. Tapi, apa Tuan masih mau mengeluh soal itu berulang kali?
Baik, biarku beri jeda untuk Tuan agar berpikir sejenak.
Memilih untuk melepaskan atau mengulang kembali kisah lama yang nyaris terkenang. Yang perlahan dengan pasti membuat Tuan kewalahan dengan rindu yang tak berujung itu.
Nestapa mungkin kerap memeluk Tuan saat rindu itu datang. Lantas, bagaimana dengan Dia? Apakah Dia merasakan hal yang sama? Tentang rindu yang Tuan rasakan sendirian?
Tuan.
Maafkan aku yang telah lancang untuk mencoba memasuki ruang-ruang rindu Tuan.
Tanpa permisi terlebih dahulu.
Kamu mungkin akan menganggapku orang sinting yang sok paham soal rindumu.
Aku tidak punya kalimat panjang penenang yang dapat menenangkan Tuan dari sakitnya patah hati.
Aku hanya ingin Tuan tau. Bahwa berpisah tidaklah sesakit itu.
Jelasnya, Tuan tidak ditakdirkan bersama dengan dirinya. Walau kita tidak bisa menafsirkan entah apa rencana Yang Maha Kuasa selanjutnya.
Artinya juga, Tuan harus berhenti untuk merasakan rindu sendirian lagi. Tuan sedang dipersiapkan untuk bertemu dengan Dia yang tidak akan membawa Tuan kedalam kejamnya sebuah perpisahan. Akhir dari petualanganmu. Akhir dari rindu-rindu tak terbalasmu.
Jangan kecewa apalagi marah.
Senja bahkan tidak marah juga mengeluh saat menampung rindumu yang sialnya selalu sama, yang Tuan rasakan pada Dia.
Senja bahkan tidak marah juga mengeluh saat menampung rindumu yang sialnya selalu sama, yang Tuan rasakan pada Dia.
Kalau pun senja marah, ia tidak akan menyambut Tuan dengan semburat jingga nya yang terkesan malu-malu sambil menanti cerita Tuan yang baru.
Percayalah. Tuan harus bahagia meski beribu luka dengan susah payah telah Tuan tutupi.
Jangan soal senja lagi, Tuan.
Jangan soal rindu lagi, Tuan.
Jangan soal rindu lagi, Tuan.
Aku benci membacamu yang masih bercengkrama lewat kisah lama.
Tuan, sekali lagi, Maaf atas kelancangkan ku yang terkesan sok tahu.
Mengatakan ini itu padahal aku pun tidak tau duduk perkara yang jelas seperti apa.
Tujuan ku hanya satu, agar Tuan tidak melulu berkeluh kesah terhadap rindu yang tak terbatas itu.
Tuan, tetaplah sehat dan baik-baik saja. Agar kelak Dia yang meninggalkan Tuan sadar, bahwa Tuan pun bisa untuk tetap baik-baik saja tanpa dirinya.
Bersiaplah
Tuan.
Bersiaplah menyambut orang baru yang senantiasa mendengarkan Tuan bercerita soal senja.
Jangan rindu sendirian lagi, Tuan.
Atau
Mungkin saat ini Dia sudah kembali padamu?
Pertanyaan sok akrab yang sepertinya tidak pantas untuk diberikan jawaban.
Tapi, kalau memang jawaban nya 'iya' maka genggamlah agar ia tidak lepas lagi. Kalaupun 'tidak' maka lupakanlah dan bersiap bertemu dengan orang yang baru lagi.
Dari aku yang sok tahu.
Ps: Pesan 'sok tahu' yang setidaknya dapat menyemangatkanmu. Setidaknya seperti itu.
Post a Comment