Orang-orang dewasa itu aneh. Mereka bilang menyukai hujan tapi selalu berlindung di balik payung, berlindung di bawah atap. Bahkan beberapa dari mereka memaki karena hujan membuat baju merka basah.
Mereka tidak benar-benar menyukai, hanya mulutnya saja, tindakannya tidak. mereka hanya mencari sensasi atau menjual romantisme. Nyatanya, mereka menyesali hujan yang tak kunjung reda, mendinginkan udara sekitar, dan menbuat jemuran tak kunjung kering.
sayang cintanya hanya sebatas kata, sayang katanya hanya sebatas kalimat untuk mendukung kesenduannya.
Aku rasa, kita tidak akan mengerti hujan kecuali hujan itu sendiri. Bagaimana bila sesekali kita mendengar kata bahwa mereka menyukai kita padahal dibelakang itu semua mereka tidak demikian.
Manusia banyak yang seperti itu. Manusia telah terlatih untuk berpura-pura dihadapan orang lain. Memanipulasi sikapnya dan menyaring kata-katanya menjadi manis. mesaki tidak dalam hati dan pikiran.
Dan
kita akan belajar menjadi hujan. Bahwa ia akan turun dan ia tidak peduli dengan
banyak orang yang menyesali kehadirannya. Hujan akan tetap turun untuk ia yang
membutuhkannya, untuk orang-orang yang merindukan kedatangannya. Untuk tanaman
dan hewan yang membutuhkannya.
Tidak
perlu menghabiskan pikiran dan hati kita untuk memikirkan orang-orang yang
tidak menyukai kita. Lebih baik kita curahkan hati dan pikiran kita untuk
orang-orang yang menghargai keberadaan kita, untuk orang-orang yang mencintai
kita dan menunggu kita.
Meski
jumlahnya (mungkin) tidak banyak, tapi itu akan membuat hidupmu jauh lebih
bahagia. Dan kamu tidak perlu bersusah payah untuk membuat hidupmu bahagia.
Karena sungguh, akan selalu ada orang yang tidak menyukaimu. Dan kamu tidak
perlu memikirkan yang demikian.
Hujan
akan tetap turun meski ia dibenci, karena ia datang bukan untuk mereka. Ia
datang untuk orang-orang yang merindukan dan mencintainya.
Banda Aceh, 27
November 2017
Post a Comment